KHUTBAH IDUL FITRI 1439 H / 2018 M
Nilai-nilai
Ramadhan yang mesti dan wajib kita terapkan
Oleh:
Rahmad Junjung Lubis, S.Pd.I
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Khutbah
Pertama
اللهُ
اَكْبَرُ اللهُ
اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ
اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ...
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ
ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ
الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّياَمَ،
وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ،
نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ
وَاْلإِكْراَمِ.أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَ لاَ رَسُوْلَ
بَعْدَهُ. وأُصَلِّيْ وَاُسَلِّمُ عَلَى الْقَائِدِ وَالْقُدْوَةِ مُحَمَّدٍ بْنِ
عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى
اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
اَمَّا
بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ!
Puji syukur
layak terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Agung, penguasa kerajaan
langit dan bumi yang tiada henti mencurahkan rahmat-Nya untuk kita sekalian.
Salawat beserta Salam mari kita sampaikan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan Sahabat-sahabat beliau. Karena berkat perjuangan yang
gigih dan penuh sabar yang telah beliau lakukan, telah berhasil membawa umat
manusia dari zaman Jahiliyah kepada zaman Ilmiyah, dari zaman yang biadab ke
zaman yang beradab أَخْرَجَ النَّاسَ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. mari sama-sama kita kirimkan do’a yang berlantunkan:
اللهم صلى وسلم على سيدنا وشفيعنا محمد وعلى اله
واصحابه اجمعين
Selaku Khatib,
tak pernah bosan untuk mengajak diri saya pribadi secara khususnya, dan jama’ah
Idul Fithri pada umumnya untuk sama-sama meningkatkan tensi keimanan dan
temperatur ketaqwaan kita terhadap Allah Ta’ala. Semoga kita menjadi hamba yang
bertaqwa kepada Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin...
Hari
ini, hati kita bercampur antara kegembiraan dan kesedihan, mengapa kita
gembira? Karena pada hari ini kita kembali kepada fitrah, fitrotul Islam.
Mengapa kita gembira? Karena kita baru saja berhasil memenangkan perjuangan
melawan musuh paling dahsyat, musuh paling ganas, musuh paling beringas.
Mengapa kita gembira? Karena ada orang yang sangat-sangat ingin ikut bersama
kita dipagi ini, tapi ada yang lebih cepat datang daripada keinginan itu, اذا جاء اجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون . ada orang yang wajahnya masih
terbayang-bayang dibenak hati kita, senyumnya masih terbayang diujung mata
kita. Tapi, saat nanti kita pulang kerumah masing-masing, tak ada lagi mereka
bersama kita.
Selama
ini, kita genggam tangannya, kita cium tangannya, kita peluk erat tubuhnya.
Selama ini, ketika kita pulang, kita minta-kan ampun maafnya. Tapi saat ini
kita tak dapat berjumpa dengan mereka, dimana mereka berada? Mereka sudah
pindah ketempat lain, ketempat yang lebih baik dan tak akan bersama kita.
Ini
adalah hari-hari yang bagi seorang muslim bercampur aduk dalam hati dan
perasaannya antara kesenangan dan kesedihan. Tak-kan ada yang bisa menghapuskan
luapan kesedihan selain daripada takbir, maka diapun mengagungkan agama Allah,
dia katakan الله اكبر الله اكبر الله اكبر .
Begitu
tenggelam matahari kemaren sore, lalu kemudian tampaklah hilal 1 syawal,
berpisahlah kita dengan bulan yang di dalamnya sholat tarwih, berpisahlah kita
dengan bulan yang di dalamnya ada satu malam yang kalau kita beramal pada malam
itu, maka lebih baik dari pada beramal 1000 bulan. berpisahlah kita dengan
bulan yang di dalamnya kita bertemu, bertatap muka, berjabat tangan selepas
tarwih, tahajjud, i’tikap bersama orang-orang soleh. Tapi bulan itu sudah pergi
meninggalkan kita, apakah dia akan datang lagi tahun depan? INSYA ALLAH YA..
dia akan datang. Tapi apakah kita akan berjumpa lagi dengannya? Tidak ada
jaminan, siapa yang dapat memberi jaminan kalau umur kita akan sampai padanya
tahun depan. Siapa yang dapat menjamin kalau malaikal maut IZROIL tidak akan
datang sebelum romadhon? Barangkali romadhon yang baru saja kita tunaikan, akan
menjadi romadhon terakhir bagi kita. Bisa jadi sholat idil fitri 1 syawal
dipagi ini adalah terakhir bagi kita. Maka yang kita bawa menghadap Allah swt
nilai-nilai romadhon yang dapat kita terapkan dimasa akan datang.
Romadhon
boleh berakhir, tapi hidup kita belum berakhir, masih ada syawwal, masih ada
dzul qoedah, masih ada dzulhijjah, muharram sampai kapan? wala tamutunna “dan
jangan kamu mati” illa wa antum muslimun “melainkan mati dalam
memeluk Islam”. Banyak nilai-nilai romadhon sebanyak hikmah 700 ribu kali lipat
bahkan lebih. Akan tetapi pada kesempatan ini, khotib ingin menyampaikan ada 5
Nilai-nilai romadhon yang mesti dan wajib kita terapkan, kita bawa, kita
lestarikan dalam kehidupan berbangsa, beragama, berkehidupan sosial. Adapun
yang 5 diantara nilai-nilai romadhon yang mesti kita bawa, yang mesti kita
pelihara :
1)
Romadhon menanamkan rasa takut
kepada Allah Swt.
Selama romadhon, semua kita tidak makan tidak minum, padahal
makanan itu halal, minuman itu halal. Padahal istri yang dinikahi itu dulu dengan
akad yang halal, tapi semuanya dapat kita tahan, 29 hari. Maka yang perlu kita
bawa keluar romadhon, masuk ke syawwal ini adalah Rasa takut kepada Allah Swt.
Kalau seorang anak takut kepada Allah, maka dia tak akan durhaka
melawan ibu bapaknya. Kalau orang tua takut kepada Allah, tak akan membiarkan
anaknya meninggalkan sholat, tak akan membiarkan anaknya membuka aurat pakaian
gengsi dan seksi, dia tidak akan menyia-nyiakan anaknya. Kalau suami takut
kepada Allah, dia tidak akan biarkan istrinya berjabat tangan dengan yang bukan
mahromnya, tidak membiarkan buka aurat dihalayak ramai muka umum. Kalau
pedagang takut kepada Allah, dia tidak akan berani curang dalam timbangan,
karena dia takut ancaman Rasul مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ
مِنَّا “siapa yang menipu,
yang curang, maka dia bukan dari umat kami” kata Rasul Saw. Kalau pejabat
penguasa takut kepada Allah, dia tak akan berani curang untuk korupsi, dia tak
akan berani mengambil hak orang lain, tak berani suap menyuap, karena dia tahu
ancaman rasul Ar-rosyi wal murtasyi fin nar “orang yang menyuap
dan yang disuap sama-sama kedalam neraka. Kalau takut kepada Allah, maka laim
ulama tak kan berani curang akan fatwanya, tak akan berani mengkafir-kafirkan
orang, tak akan berani membid’ah bid’ahkan sema-sama. Kalau takut kepada Allah,
maka laki-laki tak akan berani menyentuh tangan wanita yang bukan mahromnya,
karena lebih baik menusukkan besi dari neraka yang panas ke tangan daripada
menyentuh tangan wanita, perempuan yang bukan mahrom. Kalau istri takut kepada
Allah, dia tak akan berani puntang panting malala buka-buka auratnya, kalau
takut kepada Allah, maka lidah akan senantiasa bertasbih, bertahmid, bertakbir,
beristighfar mengagungkan Asma Allah Swt. Maka takut kepada Allah itulah krisis
kita di zaman sekarang ini.
29 hari 29 malam ditanamkan rasa takut kepada Allah, takut takut
dan takut. Ketika datang Qobil ingin menimpakan batu ke kepala Habil, lalu
kemudian Habil adalah orang yang sangat sehat secara fisik dan mental. Lalu apa
kata Habil kepada Qobil? Andaikata engkau wahai saudaraku Qobil ingin
menimpakan batu ke kepalaku, aku tak akan balas. Apakah habil tak sanggup untuk
melawan? Habil sehat fisik, dia tidak lumpuh, dia tidak cacat, akan tetapi dia
mengatakan kepada saudaranya itu Inni Akhofulloh “Aku takut pada
Allah Swt”. Takut.
Takut pada atasan, dia akan keluar kota, dia akan dinas luar. Dia
akan mengantuk, dia akan tidurTakut pada polisi lalu lintas, dia akan hanya
keluarkan surat tilang. Takut pada pengawasan alat elektronik, CCTV kamera,
akan ada pemadaman bergilir, akan ada pemutusan listrik, pulsa token listrik
habir, akan ada korsleting, akan ada kerusakan. Tapi kalau takut kepada dia...
siapa Dia??? ** la ta’khudzuhu sinatuw wala naum** dia tidak
mengantuk apalagi tidur. Rasa takut itulah yang kita tanamkan kedalam hati. Maka
jangankan yang haram, yang halal pun kita takut untuk telan, yang halal pun
takut kita salah ucapkan. Maka apa makna romadhon yang masuk kedalam diri, rasa
takut itu kita bawa sesudah romadhon. Itulah yang manjadi krisis bangsa ini.
...... وِللهِ الْحَمْدُ 3x اللهُ اَكْبَرُ
Ma’asyiral muslimin, Jamaah Idul
Fitri Tamu Allah yang berbahagia
Orang yang tidak takut kepada Allah, remaja-remaja kita, anak muda
generasi bangsa belahan jantung sibuah hati dengan hati bangga memakai narkoba.
Bahkan orang itu dengan hati gembira menyantap habiskan minuman keras, asyik
main song, main gaplek, main biliar, main perempuan, judi mengganas, sholat
tidak pernah, puasa ditinggalkan, mencemooh panggilan adzan, menunda-nunda
waktu sholat, berani makan riba, padahal Allah Swt menjelaskan wa
ahallallohul bai’a wa harromar riba “dan menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Apa sebab ini terjadi, dimana dasar penyebabnya? Jawabannya
: karena tidak takut kepada Allah Swt.
Ramai sholat idul fitri belum menjadi ukuran bahwa keberhasilan romadhon telah diraih
telah digenggam, lalu apa bukti keberhasilan romadhon, kalau rasa takut itu
sudah bersemayam, telah terpatri, telah menyatu dengan hati setelah romadhon
pergi. Timbul rasa takut kepada Allah Swt, oleh karena itu, rasa takut ini
terus kita pupuk begitu setelah romadhon.
2)
Romadhon mengajarkan kita untuk rasa
peduli pada sesama, sodakoh, merasakan perasaan lapar orang-orang faqir dan
miskin.
3)
Romadhon mengajarkan kita untuk
terus melanjutkan misi memakmurkan mesjid. Orang yang hatinya terpaut selalu
kepada mesjid adalah salah satu golongan manusia yang akan mendapatkan naungan
pada mahsyar nantinya.
4)
Menyambung tali silatur rahim.
Dosa
kepada Allah akan diampuninya, insya Allah asal tidak menyekutukannya dengan
sesuatu pun, tetapi sangkut paut antara kesalaan dengan manusia tidak akan
lepas sampai minta maaf kepadanya.
Atadruna
minal muflis?
5)
Romadhon mengajarkan kita untuk
lebaran dengan tidak berfoya-foya
"Jika kita
mau mendalami arti takbir yang kita kumandangkan, maka akan dapat menimbulkan
suasana syahdu, terutama dalam kehidupan berkeluarga antara anak dan orang
tuanya. Antara suami dan istri, antara kerabat lainnya. Maka sepantasnyalah si
anak duduk di hadapan orang tuanya sambil memeluk dan merangkul,"
Disuasana
berbahagia ini justru masih banyak orang yang tidak bisa menikmati indahnya
lebaran. Terutama kepada orang miskin yang serba tidak punya. Mereka hanya bisa
merayakan lebaran seadanya. Sehingga masih ada diantara mereka, mengisi suasana
lebaran ini dengan termenung mengenangkan nasib dirinya, menganang suami yang
telah tiada. Mari kita
renungkan sebuah kisah bagaimana ketika Si ibu yang janda hanya bisa berkata kepada
anaknya yang miskin.
"Nak. Pada hari
lebaran ini ibu tidak dapat membelikan baju baru. Kamu pakai baju sekolah saja
ya, nak."
Mendengar ucapan sang ibu,
si anak pun berkata. "Kenapa begitu ibu?"
"Biarlah
kita tidak berbaju baru asalkan bisa makan."
"Baiklah kalau
begitu," jawab anaknya dengan polos. Mendengar ucapan anaknya yang masih
kecil. Sang ibu pun masuk kekamar dan
meluapkan deraian air mata yang mendadak keluar.
Si anak tanpa
mengerti suatu sebab apapun lalu ia menemui sang ibu ke kamar. Ditemukannya si
ibu sedang telungkup menggigil. Dia pun bertanya mengapa sang ibu menangis
sejadi-jadinya. Lansung sang ibu bangun dan memeluk anaknya. "Begini
benarkah nasib kita," ujar sang ibu sambil mengutarakan ucapan agar
anaknya sabar menjalani hidup.
Ma’asyiral
muslimin, Jamaah Idul Fitri yang berbahagia
kita merenung kembali,
nasib anak yatim piatu yang sudah ditingkalkan ayah dan ibunya. Ketika sang
adiknya yang masih kecil berkata kepada kakaknya. Kak... Di mana ayah dan di
mana ibu kak.
Sang kakak tidak bisa
menjawab. Dia hanya menyuruh adik-adiknya tidur dalam ayunan. "Sudah nasib
kita begini, tidurlah," ujar sang kakak sambil menghapus air mata adiknya
yang menetes.
Sang adik terpejam
terlelap sebentar dan terbagun lagi. Ditemukannya sang kakak sedang meratap
dibalik ayunan adiknya.
adiknya menyahut kakaknya dengan lantunan yang lembut, "Kenapa sekarang kakak yang menangis?"
adiknya menyahut kakaknya dengan lantunan yang lembut, "Kenapa sekarang kakak yang menangis?"
Kakaknya lantas memeluk
adiknya. Sambil menangis dia berkata kepada adiknya. "Kalaulah orang tua
kita masih hidup. Tentu nasib kita tidak seperti ini.
...... وِللهِ الْحَمْدُ 3x اللهُ اَكْبَرُ
Hadirin yang berbahagia...
Apa yang kita pikirkan
ketika membelikan baju baru untuk anak-ank kita? Apa yang ada dalam pikiran
kita ketika menghadapi aneka makanan lezat tersaji di meja makan kita? Apa yang
ada dalam pikiran kita ketika kita bersama-sama keluarga kita melangkah bahagia
menuju tempat ini, sekarang ini?
Ramadhan
telah mengantarkan manusia lebih dekat kepada nilai-nilai kemanusiaannya.
Membangun kecintaan kepada sesama manusia, menebarkan kasih sayang,
silaturahmi, serta menebar kemurahan hati akan menciptakan pranata sosial yang
bersahaja. Dengan puasa,
kita terlatih untuk melakukan pengorbanan dan bermurah hati. Melahirkan kita
sebagai insan yang peka terhadap sesama. Meciptakan kepedulian dan kerukanan diantara
kita.
Inilah diantara
nilai-nilai romadhon dari sekian banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
sampai berlipat-lipat. Apa yang telah kita capai di bulan Ramadhan dengan
sebuah harapan semoga kita mampu dengan terus menerus memperjuangkannya dan semoga
Allah memberi kemudahan untuk dapat kita mempertahankannya di hari-hari
selanjutnya. kemenangan yang kita raih hari dipagi cerah ini, akan mempersatukan
energi amal bagi hadirnya cinta dan harmoni antara miskin dan kaya, atasan dan
bawahan, orang tua dan anak, suami dan istri dan di antara seluruh komponen
bangsa dan umat ini.
Demikianlah
khutbah yang dapat saya sampaikan, semoga ini menjadi bahan renungan bagi kita
semuanya dan menjadikan kita semakin yakin dan percaya diri untuk menjadi manusia
paripurna atau insan kamil dengan kemenangan ini Amin ya rabbal alamin...
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْأنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَةِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَتَقَبَّلَ
اللهُ مِنِّى وَمِنْكُم تِلاَوَتَهْ إِنَّهُ هُوَ السَّمِعُ الْبَصِيْرٌ
KHUTBAH KEDUA
لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ
أَكْبَرُ
الحَمْدُللهِ
وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَه وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَحَزَمَ
الأَحْزَابَ وَحْدَه. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنبَيَّ بَعْدَه.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِباَدَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِي يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ
سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سيدنا
اِبْرَاهِيْم وَعَلىَ آلِ سيدنا اِبْرَاهِيْم وَباَرِكْ عَلىَ سيدنا مُحَمَّدٍ
وَعَلىَ آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا باَرَكْتَ عَلىَ سيدنا اِبْرَاهِيْم فِى
اْلعاَلَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد.
اللَّهُمَّ
اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَ وَارْحَمْهُمْ
كَمَارَبَّوْنَا صِغَارًا وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات
وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْواَتِ
بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
Rabbi, Tuhan kami. Kami ini lemah bila tanpa
kekuatan dari sisi-Mu. Kami ini bodoh ya Rabbi, bila tanpa ilmu dari sisi-Mu.
Kami ini sesat ya Rabbi, bila tanpa hidayah dan petunjuk-Mu. Jadikanlah kami,
hamba yang sanggup memahami perasaan serta kepentingan orang lain. Mampu
menjauhkan diri dari sifat-sifat serakah yang membuat bangsa dan negara menjadi
resah.
Ya Allah. Engkaulah Tuhan yang
maha pengasih lagi penyayang. Ampunilah dosa-dosa kami, maafkanlah kesalahan
kami. Kami sadar ya Rabb, bahwa dosa-dosa kami telah menggunung, kesalahan kami
telah membukit, dosa mata kami, mulut, telinga, tangan, kaki dan seluruh fisik
kami, terkhusus dosa batin kami, hati kami yang sering lalai untuk selalu
mengingat-Mu. Izinkanlah kami meraih ampunan dari-Mu, mendapatkan kasih
sayang-Mu selalu. Ya Dzal Jalali Wal Iqram
Ya Allah Tuhan yang Maha Agung, sayangi kami,
sayangi kedua orang tua kami, yang telah berpeluh lelah merawat dan mendidik
kami. Ampuni setiap kata keras kami yang pernah terlontar pada mereka, Ya
Allah. Ampuni sikap tak peduli kami atas mereka, Ya Rabb. Berikan kesempatan
kami berbakti kepada mereka, Ya Allah. Lembutkan hati mereka untuk kami agar
ridha mereka mengantar kami kepada RidhaMu, Ya Allah. Dan, jika Engkau telah
mengambil mereka ke haribaanMu, maka basuhlah mereka dengan kelembutan ampunan
dan rakhmatMu, serta pertemukan kami dengan mereka dalam keabadian nikmat
syurga tidak akan nikmat tanpa bersama kedua orang tua kami.
Yaa Allah, Yaa Rahman, yaa Rahiim. Kami yang berkumpul di tempat ini, pada
pagi ini, adalah para hambu-Mu. Saat Ramadhan kami tertatih-tatih mendekatkan
diri kepada-Mu karena berharap kasih sayang-Mu. Yaa Allah, setiap saat kami
berusaha mengetuk pintu-Mu dengan rasa lapar dan dahaga. Yaa Allah, setiap
malam kami berusaha membaca al-Quran untuk memahami petunjuk-Mu. Setiap saat
kami menyeru-Mu dengan dzikir dan doa. Semua itu, yaa Rahman, hanya untuk
menggapai ridla dan janji-Mu. Engkaulah Dzat yang maha mengetahui apa yang
telah kami lakukan. Jadikanlah kami sebagai golongan hamba-hamba – Mu yang selalu
berlomba-lomba menraih ridha-Mu. Ya Rabbal Alamin
اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ الْعَفَافَ وَالْغِنَى نَاتِجَةً مِنْ
صِيَامِنَا وَ اجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِإِذْنِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
والسلام عليكم
ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar