Jumat, 01 September 2017

khutbah Idul Adha Semangat Berqurban akan menumbuhkan Persatuan yang Kokoh







Khutbah Hari Raya Idul Adha I 2017M/1438H
 “Semangat Berkurban akan Menumbuhkan Persatuan yang Kokoh
Oleh: Rahmad J. Lubis, S.Pd.I


3x الله أكبر 3x الله أكبر 3x الله أكبر
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
الحمد لله رب الناس. اله الناس. ملك الناس. وخلق الناس. ونزل القران الى الناس. ويرزق الى الناس. والصلاة والسلام على سيدنا وحبيبنا مصطفى محمد خيرالناس. وعلى اله واصحابه وقرباته من الناس. اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له وهو رب الناس. واشهد ان محمد عبده ورسوله الى جمع الناس. اللهم صلى وسلم وبارك على سيدنا محمد واسواة للناس. وعلى اله واصحبه اجمعين
 
امابعد
ايهاالحضرون ايهاالمسلمون. اتقوا الله اتقوا الله كما قال تعالى
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat, Jama’ah idul Adha yang berbahagia.

Mari sama-sama kita banyak-banyak memanjatkan puji-pujian kepada Allah Swt, Tuhan Penguasa alam semesta. Dialah yang mengatur kehidupan semua makhluk di jagat raya. Dia pula yang memberikan energi kehidupan untuk seluruh makhluk-Nya, baik di darat, di laut, di gunung, maupun di dalam rimba raya. Dia penentu kehidupan dan kematian, kenikmatan dan kesengsaraan, kekayaan dan kemiskinan, keselamatan dan marabahaya. Dialah tempat bergantung semua manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan dunia.

Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada tokoh pemimpin umat, yang membawa sinar-sinar Islam sampai terasa kepada kita sekarang. Mari sama-sama kita kirimkan do’a yang berlantunkan:
اللهم صل وسلم على سيدنا وشفيعنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين

Selaku khatib, saya berwasiat terlebih dahulu kepada diri saya peribadi dan umumnya kepada jama’ah idul adha, untuk sama-sama merendahkan diri dihadapan Allah Ta’ala dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kita terhadap Allah Ta’ala. Dengan cara melaksanakan seluruh hukum-hukum Allah dengan benar, dan meninggalkan segala pekerjaan yang berbau larangan.

Semangat Berkurban akan Menumbuhkan Persatuan yang Kokoh” inilah judul khutbah kami pada kali yang berkesempatan baik ini.

Hadirin, Para tamu Allah yang berbahagia.

Hari ini merupakan wujud nyata kearifan sosial kita, dalam suasana yang penuh sukacita. Semua wajah menunduk penuh tawadhu’ ke hadirat sang Pencipta. Pada hari yang berbahagia ‘Idul Adhha. Baru saja kita melakukan ruku’ dan sujud di Mesjid Nurul Huda ini sebagai salah satu bukti kecintaan kita kepada Allah SWT dan sekaligus menghidupkan syi’ar-Nya. Di antara syi’ar-syi’ar Allah yang kita agungkan pada hari ini adalah shalat ‘Idul Adhha, ibadah qurban, dan zikir (takbir, tahlil, dan tahmid).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamda.

Pada setiap Hari Raya Idul Adha, kita selalu diingatkan kisah tentang ketataan seorang Nabi Ibrahim as dan Ismail as dalam mengerjakan perintah Tuhannya. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, lalu Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan yang disebut dengan “Khalilullah” (kekasih Allah). Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”

Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah. Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang tampan elok rupawan, sehat tanpa cacat ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :

Artinya :
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". (QS As-shaffat: 102).

Ibrahim bersedia menyembelih putranya, sementara Ismail rela disembelih oleh ayahnya. Sikap ini dilakukan untuk membuktikan ketaatan mereka kepada Tuhannya. Inilah ketaatan total yang seharusnya dilakukan setiap hamba kepada Tuhannya.

Apakah sikap kita sudah seperti itu? Apakah kita telah memiliki ketaatan total kepada Allah dan Rasul-Nya? Sudahkah kita mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya dalam setiap perintah dan larangan-Nya? Pertanyaan ini tentunya kembali kepada diri kita masing-masing.

Ketika Allah memerintahkan kita shalat, kita segera melaksanakannya. Ketika memerintahkan kita berpuasa, kita juga segera melaksanakannya. Ketika kita dilarang memakan Babi, kita pun segera meninggalkannya. Lalu, mengapa ketika Allah memerintahkan kita untuk menerapkan hukum-hukum-Nya, kita abaikan? Mengapa ketika Allah memerintahkan kita melaksanakan sistem ekonomi berdasarkan hukum-hukum-Nya, kita tidak menunaikannya? Bahkan jalan riba kita laksanakan dengan hati riang.  Begitu pun, ketika Allah memerintahkan kita untuk bermasyarakat berdasarkan hukum-hukum-Nya, kita tidak melaksanakannya dan tidak peduli? Bukankah kita tahu, bahwa hanya dengan hukum-hukum-Nya kehidupan kita akan menjadi lebih baik, dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat?

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamda.

Ibadah qurban, adalah satu ritualitas agama yang dimensi sosialnya sangat kental. Dengan berqurban, seorang muslim merasakan dirinya dekat dengan Allah SWT dan dekat dengan sesamanya. Ketika orang yang berqurban menyembelih qurbannya, ia membaca: “Sesungguhnya shalatku ibadahku (qurbanku), hidup dan matiku untuk Allah.” Dan setelah hewan qurbannya disembelih, ia bagikan dagingnya kepada orang yang kurang mampu sebagai bentuk kecintaan dan kepedulian mereka terhadap sesama. Inilah yang perlu kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Amat disayangkan, jiwa pengorbanan dalam menjalankan syariah ini tidak terlihat dalam kehidupan sebagian besar umat ini. Bahkan, tidak sedikit di antara kita yang menjalani kehidupan seperti orang-orang bangsa kafir munafik. Dari Senin hingga Jumat atau Sabtu, waktunya habis digunakan mencari uang. Sabtu atau ahad dihabiskan bersenang-senang. Tak pernah terpikir tentang mengkaji Islam, berdakwah apalagi menegakkan sistem hukum Islam. Dan juga tidak pernah berpikir tentang akidah keluarga khusus anak-anak dan cucu. Siang malam hanya disibukkan untuk mengejar dunia, dipusingkan dengan penyakit yang terus menular yaitu penyakit SMS (senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang).

Padahal, satu-satunya jalan menuju keselamatan dunia akhirat adalah bersegera melaksanakan syariah-Nya. Menjadi pejuang bagi tegaknya syariah sebagaimana Rasulullah dan Para Nabi saw begitu masuk Islam langsung menjadi pejuang Islam hingga mereka wafat. Sementara kebanyakan kita sudah muslim dari bayi tapi hingga mati tak penah menjadi pejuang Islam. Sungguh kenyataan ini wajib segera kita ubah dan perbaiki.

Para Tamu Allah yang berbahagia...

Hakikat ibadah qurban adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mengorbankan sebagian harta yang dianugerah kepada kita dalam bentuk hewan. Seseorang yang melakukan qurban berarti ia telah sanggup menundukkan keinginan dirinya dan telah mampu meredam perasaan cintanya kepada selain Allah. Namun disamping itu, yang terpenting adalah pengerbonan haruslah dipersembahkan dengan hati yang ikhlas dan penuh dengan ketaqwaan. Sebab, meskipun nantinya hewan yang kita kurbankan gemuk, nampak bergizi, tanpa cacat pisik, tetapi jika tanpa barengan hati yang ikhlas dan penuh ketaqwaan, maka itu tidak mendapatkan ridha dari Allah Swt, hal ini sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’anul karim :

Artinya : Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (QS. Al-Hajj: 37)

Oleh sebab itu, Hamba yang ikhlas sangat disegani syaitan. Ini berarti syaitan tidak mampu menggoda orang-orang yang ikhlas dalam beramal.

Syari’at qurban ini juga dilakukan demi semata-mata karena Allah Ta’ala.  Seperti firman Allah dalam al-Qur’an

Artinya:
Sesungguhnya kami telah anugerahkan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalatmu karena tuhanmu dan berkurbanlah, sesungguhnya orang-orang yang mencintaimu dialah yang terputus....( al-Kautsar ayat 1-3)

Ayat ini mengajarkan sekaligus mengingatkan kita empat hal: pertama, nikmat Allah yang diberikan kepada kita lebih banyak daripada rasa syukur kita kepada-Nya. Kedua, pernyataan rasa syukur, antara lain, dinyatakan melalui shalat dan ber-qurban dengan ikhlas karena Allah.. Ketiga, ibadah qurban sangat erat hubungannya dengan shalat. Dalam shalat kita dilatih supaya ikhlas, sabar, khusyu’, tawakkal, dan hanya tunduk kepada Allah. Karena itu, ibadah qurban tidak berlaku bagi orang yang tidak mau melaksanakan shalat. Dan keempat, orang yang tidak mau mensyukuri nikmat Allah akan dicabut nikmat darinya. Sebab itulah Rasulullah bersabda:
 وَّلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرُبَنَّ مُصَلاَّناً     مَنْ كَانَ لَهُ سَعَة
Artinya:
“Barangsiapa mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi ia tidak mau berqurban, maka jangan dekat ke tempat shalat kami” (Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah disahihkan oleh al-Hakim).

Ma’asyira al-Muslimîn Rahimakumullâh,

Demikian isi khutbah yang dapa kami sampaikan, marilah kita memohon kepada Allah, semoga Allah Swt mengabulkan seluruh permohonan kita. Semoga Allah Swt memberi kita kesabaran dan kekompakan, serta memungkinkan kita berperan penting dalam upaya menegakkan dan memperjuangkan hukum-hukum Islam.

جَعَلْنَا اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ مِّنَ اْلعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَأَدْخِلْنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

  


Khutbah Idul Adha Ke-II


لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ.
.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ هَذَا اْليَوْمَ عِيْدِا لِّلْمُسْلِمِيْنَ وَجَعَلَ فِيْ قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ بَهِجَةً وَّسُرُوْرًا.  أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنبَيَّ بَعْدَه. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِباَدَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

اتقوا الله فقد أفلح من تزكى وذكر اسم ربه فصلى. اعلموا أن الله أمركم بدأ فيه بنفسه وثنى بملائكته المسبحة بقدسه وقال تعالى إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

اللهم صل وسلم على سيدنا وشفيعنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين سيدنا أبي بكر الصديق وعمر وعثمان وعلي وعن كل الصحابة والتابعين وتابعي التابعين ومن تبعهم إلى يوم الدين وعلينا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات ياضي الحاجات برحمتك يا أرحم الراحمين
Rabbana,Ya Tuhan kami. Kami ini lemah bila tanpa kekuatan dari sisi-Mu. Kami ini bodoh ya Rabbi, bila tanpa ilmu dari sisi-Mu. Kami ini sesat, bila tanpa hidayah dan petunjuk-Mu. Jadikanlah kami, hamba yang  sanggup memahami perasaan serta kepentingan orang lain. Mampu menjauhkan diri dari sifat-sifat serakah yang membuat bangsa dan negara menjadi resah.
Ya Allah. Engkaulah Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang. Ampunilah dosa-dosa kami, maafkanlah kesalahan kami. Kami sadar ya Rabb, bahwa dosa-dosa kami telah menggunung, kesalahan kami telah membukit, dosa mata kami, mulut, telinga, tangan, kaki dan seluruh fisik kami, terkhusus dosa batin kami, hati kami yang sering lalai untuk selalu mengingat-Mu. Izinkanlah kami meraih ampunan dari-Mu, mendapatkan kasih sayang-Mu selalu. Ya Dzal Jalali Wal Iqram
Ya Rahman Ya Rahim, jadikanlah momentum Hari Raya Idul Adha ini sebagai perisai buat kami untuk selalu meningkatkan ibadah kepadamu, agar kami mampu mendapatkan naungan darimu. ya Muta’al ya Rabbal ‘alamin.

Ya Rabbana, tiada hari tanpa ampunan mu, tiada nafas tanpa keridhoan mu, tiada naungan kecuali naungan darimu, ridhoilah dan terimalah kurban dan ibadah kami walaupun belum memenuhi syarat yang sempurna.

اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَ الْبَلاَءَ وَ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرْ وَ السُيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَ السَّدَائِدَ وَ الْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنْ مِنْ بَلاَدِنَا لُوْبُكْ  سَانَيْ 14  كوت  خَاصَّةً وَ مِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.



Kewajiban Menutup Aurat Dan Batasannya

Kewajiban Menutup Aurat Dan Batasannya السلام عليكم ورحمة الله وبركاته بِسْمِ اللهِ الرَحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الحَمْدُ لِ...