Sabtu, 25 Januari 2020

Kewajiban Menutup Aurat Dan Batasannya





Kewajiban Menutup Aurat Dan Batasannya


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بِسْمِ اللهِ الرَحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ،
اَلْحَمْدُ للهِ الْعَزِيْزِ الْغَفُوْرِ، اَلَّذِيْ جَعَلَ فِي اْلإِسْلاَمِ الْحَنِيْفِ الْهُدَي وَالنُّوْرِ,
اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.
KAUM MUSLIMIN YANG DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT

Jika melihat kehidupan masyarakat di sekitar, banyak kita jumpai kaum wanita keluar rumahnya dengan tidak mengenakan jilbab, atau bahkan memakai rok mini yang mengumbar aurat mereka, begitu pula kaum pria, banyak di antara mereka tidak menutup aurat. Anehnya, keadaan itu dianggap biasa, tidak dianggap sebuah kemaksiatan yang perlu di ingkari. Seakan menutup aurat bukan sebuah kewajiban dan membuka aurat bukan sebuah dosa. Bahkan sebaliknya, terkadang orang yang menutup auratnya di anggap aneh, lucu dan asing. Inilah fakta yang aneh pada zaman sekarang. Kenapa bisa seperti itu ? Jawabnya, karena jauhnya mereka dari agama Islam sehingga mereka tidak mengerti apa yang menjadi kewajiban termasuk kewajiban menjaga aurat. Oleh kerena itu, pada kesempatan kali ini, kami akan mencoba membahas tentang kewajiban menutup aurat, batasan-batasanya dan siapa yang bertanggung jawab menjaganya ?

PENGERTIAN AURAT DAN KEWAJIBAN MENUTUPNYA.

Aurat adalah suatu angggota badan yang tidak boleh di tampakkan dan di perlihatkan oleh lelaki atau perempuan kepada orang lain. [Lihat al-Mausu’ah al Fiqhiyah al Kuwaitiyah, 31/44]

Menutup aurat hukumnya wajib sebagaimana kesepakatan para ulama berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا  وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ  وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ  وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya :
Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [an-Nur/24:31]

Dan Allah Azza wa Jalla juga berfirman :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا  إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Artinya :
Wahai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. [al-A’raf/7:31]

Sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang di sebutkan dalam Shahih Muslim dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

كَانَتْ الْمَرْأَةُ تَطُوفُ بِالْبَيْتِ وَهِيَ عُرْيَانَةٌ  فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
Artinya :
Dahulu para wanita tawaf di Ka’bah tanpa mengenakan busana … kemudian Allah menurunkan ayat :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
Artinya :
Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid…[HR. Muslim, no. 3028]

Bahkan Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada istri-istri nabi dan wanita beriman untuk menutup aurat mereka sebagaimana firman-Nya :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ  ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ  وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya :
Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzab/33:59]

Dengan menutup aurat hati seorang terjaga dari kejelekan Allah Azza wa Jalla berfrman :

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
Artinya :
Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. [al-Ahzab/33:53]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata :

يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا
Artinya :
Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).[HR. Abu Dawud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah didatangi oleh seseorang yang menanyakan perihal aurat yang harus di tutup dan yang boleh di tampakkan, maka beliau pun menjawab :

احْفَظْ عَوْرَتَكَ إلَّا مِنْ زَوْجِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ.
Artinya :
Jagalah auratmu kecuali terhadap (penglihatan) istrimu atau budak yang kamu miliki.[HR. Abu Dawud, no.4017; Tirmidzi, no. 2794; Nasa’i dalam kitabnya Sunan al-Kubra, no. 8923; Ibnu Majah, no. 1920]

Wanita yang tidak menutup auratnya di ancam tidak akan mencium bau surga sebagaimana yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَمْثَالِ أَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَتُوجَدُ مِنْ مَسِيْرةٍ كَذَا وَكَذَا
Artinya :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (yang pertama adalah) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (yang kedua adalah) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti mereka, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” [HR. Muslim, no. 2128]

Dalam riwayat lain Abu Hurairah menjelaskan. bahwasanya aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun. [HR. Malik dari riwayat Yahya Al-Laisiy, no. 1626]

Dan diharamkan pula seorang lelaki melihat aurat lelaki lainnya atau wanita melihat aurat wanita lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ، وَلاَ يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي الثَّوْبِ الْوَا حِدِ، وَلاَ تُفْضِي الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةَ فِي الثَّوْبِ الْوَحِدِ

Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya), dan janganlah pula seorang wanita melihat aurat wanita (lainnya). Seorang pria tidak boleh bersama pria lain dalam satu kain, dan tidak boleh pula seorang wanita bersama wanita lainnya dalam satu kain.” [HR. Muslim, no. 338 dan yang lainnya]
Begitu pentingngnya menjaga aurat dalam agama Islam sehingga seseorang di perbolehkan melempar dengan kerikil orang yang berusaha melihat atau mengintip aurat keluarganya di rumahnya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لَوْ اطَّلَعَ فِي بَيْتِكَ أَحَدٌ وَلَمْ تَأْذَنْ لَهُ خَذَفْتَهُ بِحَصَاةٍ فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ مَا كَانَ عَلَيْكَ مِنْ جُنَاحٍ
Artinya :
Jika ada orang yang berusaha melihat (aurat keluargamu) di rumahmu dan kamu tidak mengizinkannya lantas kamu melemparnya dengan kerikil sehingga membutakan matanya maka tidak ada dosa bagimu. [HR. Al-Bukhari, no. 688, dan Muslim, no. 2158].

BATASAN-BATASAN AURAT

Pertama : Aurat Sesama Lelaki
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para Ulama tentang batasan aurat sesama lelaki, baik dengan kerabat atau orang lain. Pendapat yang paling kuat dalam hal ini adalah pendapat jumhur Ulama yang mengatakan bahwa aurat sesama lelaki adalah antara pusar sampai lutut. Artinya pusar dan lutut sendiri bukanlah aurat sedangkan paha dan yang lainnya adalah aurat. Adapun dalil dalam hal ini, semua hadistnya terdapat kelemahan pada sisi sanadnya, tetapi dengan berkumpulnya semua jalur sanad tersebut menjadikan hadist tersebut bisa di kuatkan redaksi matannya sehingga dapat menjadi hujjah.

Kedua : Aurat Lelaki Dengan Wanita
Jumhur Ulama sepakat bahwasanya batasan aurat lelaki dengan wanita mahramnya ataupun yang bukan mahramnya sama dengan batasan aurat sesama lelaki. Tetapi mereka berselisih tentang masalah hukum wanita memandang lelaki. Pendapat yang paling kuat dalam masalah ini ada dua pendapat.

Pendapat pertama, Ulama Syafiiyah berpendapat bahwasanya tidak boleh seorang wanita melihat aurat lelaki dan bagian lainnya tanpa ada sebab. Dalilnya adalah keumuman firman Allah Azza wa Jalla :

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ

Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya. [an-Nur/24:31]

Dan hadist dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha, ia berkata :

كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِنْدَهُ مَيْمُونَةُ فَأَقْبَلَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ وَذَلِكَ بَعْدَ أَنْ أُمِرْنَا بِالْحِجَابِ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : احْتَجِبَا مِنْهُ ! فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَيْسَ أَعْمَى لاَ يُبْصِرُنَا وَلاَ يَعْرِفُنَا فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَفَعَمْيَاوَانِ أَنْتُمَا أَلَسْتُمَا تُبْصِرَانِهِ

Aku berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Maimunah sedang bersamanya. Lalu masuklah Ibnu Ummi Maktum Radhiyallahu anhu -yaitu ketika perintah hijab telah turun-. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Berhijablah kalian berdua darinya.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah ia buta sehingga tidak bisa melihat dan mengetahui kami?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya, “Apakah kalian berdua buta ? Bukankah kalian berdua dapat melihat dia ?. [HR. Abu Dawud, no. 4112; Tirmidzi, no. 2778; Nasa’i dalam Sunan al- Kubra, no.9197, 9198)

Dan mereka juga berdalil dengan qiyas: yaitu sebagaimana di haramkan para lelaki melihat wanita seperti itu pula di haramkan para wanita melihat lelaki.

Pendapat yang kedua adalah pendapat Ulama di kalangan mazhab Hambali, boleh bagi wanita melihat pria lain selain auratnya. Mereka berdalil dengan sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata :
رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتُرُنِى بِرِدَائِهِ ، وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى الْحَبَشَةِ يَلْعَبُونَ فِى الْمَسْجِدِ ، حَتَّى أَكُونَ أَنَا الَّذِى أَسْأَمُ ، فَاقْدُرُوا قَدْرَ الْجَارِيَةِ الْحَدِيثَةِ السِّنِّ الْحَرِيصَةِ عَلَى اللَّهْوِ
Artinya : Aku melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutupiku dengan pakaiannya, sementara aku melihat ke arah orang-orang Habasyah yang sedang bermain di dalam Masjid sampai aku sendirilah yang merasa puas. Karenanya, sebisa mungkin kalian bisa seperti gadis belia yang suka bercanda [HR. Al-Bukhari, no.5236; Muslim, no.892 dan yang lainnya]

Ketiga : Aurat Lelaki Dihadapan Istri
Suami adalah mahram wanita yang terjadi akibat pernikahan, dan tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para Ulama bahwasanya seorang suami atau istri boleh melihat seluruh anggota tubuh pasangannya. Adapun hal ini berdasarkan keumuman firman Allah Azza wa Jalla :

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ﴿٢٩﴾ إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
Artinya :
Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. [al-Ma’arij/70:29-30]

Dan hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahuanha, beliau Radhiyallahu anha berkata:
 قَالَتْ: كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ مِنْ جَنَابَةٍ
Artinya :
“Aku mandi bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu bejana dalam keadaan junub. [HR. Al-Bukhari, no. 263 dan Muslim, no. 43]

Keempat : Aurat Wanita Dihadapan Para Lelaki Yang Bukan Mahramnya
Diantara sebab mulianya seorang wanita adalah dengan menjaga auratnya dari pandangan lelaki yang bukan mahramnya. Oleh kerena itu agama Islam memberikan rambu-rambu batasan aurat wanita yang harus di tutup dan tidak boleh ditampakkan. Para Ulama sepakat bahwa seluruh anggota tubuh wanita adalah aurat yang harus di tutup, kecuali wajah dan telapak tangan yang masih diperselisihkanoleh para Ulama tentang kewajiban menutupnya. Dalil tentang wajibnya seorang wanita menutup auratnya di hadapan para lelaki yang bukan mahramnya adalah firman Allah Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ  وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya :
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [al-Ahzab/33:59]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa seluruh anggota tubuh wanita adalah aurat yang harus di tutup. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِـهَا اسْتَشْـرَ فَهَا الشَّيْـطَانُ
Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya [HR. Tirmidzi,no. 1173; Ibnu Khuzaimah, no. 1686; ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, no. 10115 dan yang lainnya]

Kelima : Aurat Wanita Di depan Mahramnya
Mahram adalah seseorang yang haram di nikahi kerena adanya hubungan nasab, kekerabatan dan persusuan. Pendapat yang paling kuat tentang aurat wanita di depan mahramnya yaitu seorang mahram di perbolehkan melihat anggota tubuh wanita yang biasa nampak ketika dia berada di rumahnya seperti kepala, muka, leher, lengan, kaki, betis atau dengan kata lain boleh melihat anggota tubuh yang terkena air wudhu. Hal ini berdasarkan keumuman ayat dalam surah an-Nur, ayat ke-31, insyaAllah akan datang penjelasannya pada batasan aurat wanita dengan wanita lainnya. Dan hadist Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu anhuma berkata :

كَانَ الرِّجَالُ والنِّسَاءُ يَتَوَضَّئُوْنَ فِيْ زَمَانِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمِيْعًا
Artinya :
Dahulu kaum lelaki dan wanita pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan wudhu’ secara bersamaan [HR. Al-Bukhari, no.193 dan yang lainnya]

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Bisa jadi, kejadian ini sebelum turunnya ayat hijab dan tidak dilarang pada saat itu kaum lelaki dan wanita melakukan wudhu secara bersamaan. Jika hal ini terjadi setelah turunya ayat hijab, maka hadist ini di bawa pada kondisi khusus yaitu bagi para istri dan mahram (di mana para mahram boleh melihat anggota wudhu wanita). [Lihat Fathul Bari, 1/300]

Keenam : Aurat Wanita Di Depan Wanita Lainnya
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para Ulama tentang aurat wanita yang wajib di tutup ketika berada di depan wanita lain. Ada dua pendapat yang masyhur dalam masalah ini :

1.     Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa aurat wanita di depan wanita lainnya seperti aurat lelaki dengan lelaki yaitu dari bawah pusar sampai lutut, dengan syarat aman dari fitnah dan tidak menimbulkan syahwat bagi orang yang memandangnya.
2.     Batasan aurat wanita dengan wanita lain, adalah sama dengan batasan sama mahramnya, yaitu boleh memperlihatkan bagian tubuh yang menjadi tempat perhiasan, seperti rambut, leher, dada bagian atas, lengan tangan, kaki dan betis. Dalilnya adalah keumuman ayat dalam surah an-Nur, ayat ke-31. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ
Artinya :
Dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, [an-Nur/24:31]

Yang dimaksud dengan perhiasan di dalam ayat di atas adalah anggota tubuh yang biasanya di pakaikan perhiasan.
Imam al- Jasshas rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan ayat di atas adalah bolehnya seseorang menampakkan perhiasannya kepada suaminya dan orang-orang yang disebutkan bersamanya (yaitu mahram) seperti ayah dan yang lainnya. Yang terpahami, yang dimaksudkan dengan perhiasan disini adalah anggota tubuh yang biasanya di pakaikan perhiasan sepert wajah, tangan, lengan yang biasanya di pakaikan gelang, leher, dada bagian atas yang biasanya di kenakan kalung, dan betis biasanya tempat gelang kaki. Ini menunjukkan bahwa bagian tersebut boleh dilihat oleh orang-orang yang disebutkan dalam ayat di atas (yaitu mahram).[1] Hal senada juga di ungkapkan oleh imam az-Zaila’i rahimahullah.[2]

Syaikh al-Albani rahimahullah menukil kesepakatan ahlu tafsir bahwa yang di maksud pada ayat di atas adalah bagian tubuh yang biasanya di pakaikan perhiasan seperti anting, gelang tangan, kalung, dan gelang kaki.
Pendapat Yang terkuat dalam hal ini adalah pendapat terakhir, yaitu aurat wanita dengan wanita lain adalah seperti aurat wanita dengan mahramnya karena dalil yang mendukung lebih kuat. Wallahu a’lam.

SIAPAKAH YANG BERTANGGUNG JAWAB MENJAGA AURAT?
Agama Islam selaras dengan fitrah manusia. Selama fitrah tersebut masih suci, tidak di nodai dengan maksiat, maka menjaga aurat bagian dari pembawaan manusia sejak lahir, sebagaimana nabi Adam a.s dan istrinya ketika nampak aurat mereka yang sebelumnya tertutup akibat memakan buah yang terlarang. Dengan fitrahnya, nabi Adam a.s dan istrinya menutup auratnya dengan daun-daun surga, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :
فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ ۖ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya :
Maka syaithan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Rabb mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua ? [al- A’raf/7:22]

Namun, ketika fitrah ini mulai hilang dari bani Adam dan ketika sifat malu pada diri mereka mulai terkikis, maka harus ada yang mengontrol dan mengingatkan mereka dalam menjaga aurat. Sebab, mempertontonkan aurat merupakan sebuah kemungkaran yang harus di ingkari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika dia tidak bisa maka dengan hatinya dan itu adalah selemah –lemah iman. [HR. Muslim, no.49 dan yang lainnya]

Mengubah kemungkaran dengan tangan adalah hak dari ulill amri (pemerintah) atau orang yang memiliki kekuasan, seperti ayah kepada anaknya, atau suami terhadap istrinya. Seorang bapak berkewajiban menjaga aurat anak perempuannya jika dia sudah baligh. Mereka berkewajiban melarang anak perempuan mereka berdandan atau berpakaian yang tidak menutup aurat ketika keluar rumah. 
Begitu pula seorang suami, ia juga berkewajiban menjaga aurat istrinya, seperti menyuruhnya berbusana yang menutup anggota tubuhnya, menyuruhnya berjilbab jika keluar rumah. Dan jika sudah diberi nasehat dengan cara yang baik, suami boleh memberikan sangsi kepada istrinya yang tetap membuka auratnya, yaitu dengan pisah ranjang, atau memukulnya dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Karena membuka aurat bagian dari nusyuz (meninggalkan salah satu kewajiban) seorang istri kepada suaminya. Allah Azza wa Jalla berfirman tentang sangsi nusyuz :
وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا  إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya :
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi maha besar. [An-Nisa’/4:34]

Pemerintah juga mempunyai peranan penting dalam menjaga aurat masyarakat, sehingga mereka tidak seenaknya berpakaian dan berpenampilan yang mengumbar aurat di depan umum. Tatanan sebuah masyarakat akan rusak jika hal ini tidak dilarang, sebab akan terjadi berbagai macam kemungkaran seperti perzinahan, pemerkosaan dan yang lainnya. Pemerintah harus ikut andil dalam menjaga aurat masyarakat kerena itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai pihak yang berwenang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ .
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan di tanya tentang kepemimpinannya, seorang amir maka dia adalah pemimpin bagi rakyatnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. [HR. al-Bukhari , no. 893,2409,2554; dan Muslim, no.1829]

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Wajib bagi waliyul amri (pemerintah) melarang perempuan yang keluar (rumahnya) dengan berdandan dan bersolek, dan juga melarang mereka berpakaian yang menampakkan auratnya. [at-Thuruq al-Hukmiah, hlm. 238]

Jika terjadi pelangggaran dalam masalah ini pemerintah boleh memberikan sangsi terhadap pelakunnya, dan hal ini di benarkan dalam agama Islam. Masalah jenis sangsi, dikembalikan kepada kebijakan hakim. Kerena pelanggaran tidak menutup aurat termasuk hukum ta’zir dan bukan bagian dari hukum hudud. 

Wallahu a’lam. 

#Pahamilah_Niscaya_Anda_Beruntung
#URL_UstadzRahmadLubis

Selasa, 14 Januari 2020

TIPE WANITA DALAM AL-QUR'AN

Wahai Saudara-saudaraku se-Iman dan se-Aqidah.

Nasehat buat kita semua.
Tipe Wanita dalam Al-Qur'an

1) Wanita dengan Kepribadian Kuat
Tipe Wanita ini diwakili oleh Siti Aisyah Istri Fir'aun.
Walaupun ia berada dalam "Cengkraman" Fir'aun, namun ia tetap teguh dan kuat untuk menjaga Aqidah dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah. Allah mengabadikan Doa'nya Dalam Al-Qur'an pada surah At-Tahrim ayat 11:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.

2) Wanita yang berusaha Menjaga Kesuciannya
Tipe Wanita ini diwakili oleh Siti Maryam ibunya Nabi Isa Alaihis Salam. Dalam Al-Qur'an surah Maryam ayat 20 : 

قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا  Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"

Dalam ayat di atas, maryam membantah atas tuduhan dan fitnahan kaumnya dan Allah secara langsung dan spontan menjelaskan bahwa Maryam adalah wanita Suci.

3) Wanita Penghasut, Penebar Fitnah, Penggemar Gosip dan Sangat Buruk Hatinya.
Tipe Wanita ini diwakili oleh Ummu Jamil Binti Harb istrinya Abu Lahab. Allah telah melaknatnya akibat dari perbuatannya. 

Dikisahkan pada malam hari Ummu Jamil binti Harb sering meletakkan duri di jalan yang biasa dilewati Rasulullah Saw, juga di atas pintu rumah Rasulullah Saw. Ummu Jamil binti Harb merupakan perempuan yang panjang lidahnya, ia sering menyebarkan kebohongan dan fitnah atas Nabi Saw, ia juga sering mengadu domba, oleh karena itu Al-Qur’an menggambarkannya sebagai pembawa kayu bakar, yang dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah.

Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari, dikisahkan ketika turun QS Asy-Syuara Rasulullah Saw naik ke bukit Safa seraya berseru “Wahai Bani Fihr, Bani ‘Adi, berkumpullah”. Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul, termasuk Abu Lahab. Nabi Saw berkata “Bagaimana pendapat kalian jika seandainya aku memberitahu kalian bahwa pasukan berkuda dari musuh akan datang menyerang kalian, apakah kalian percaya kepadaku?” Mereka menjawab “Pasti kami percaya” Nabi Saw bersabda “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang”. Lalu Abu Lahab berkata “Celakalah engkau! Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?” Lalu turunlah QS Al-Lahab:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa (1). Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan (2) Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (3). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (4) Yang di lehernya ada tali dari sabut (5)


4) Wanita Penggoda
Tipe Wanita ini diwakili oleh Siti Zulaikha, permaisuri yang menggoda Nabi Yusuf Alaihis Salam. (Namun Zulaikha Taubat dan menjadi Istri yang Sholehah buat Nabi Yusuf Alaihis Salam)

Dari 4 Tipe wanita di atas, meskipun mereka jauh jaraknya dengan kita, namun tingkah laku dan coraknya masih turun temurun sampai sekarang. Sebab itu, wahai Saudariku Kaum Wanita jadilah wanita yang berakhlakul karimah, semestinya menjadi dan meniru Tipe wanita yang nomor 1 dan nomor 2, Wanita yang selalu menjaga aqidah dan harga dirinya serta Wanita yang selalu menjaga kesuciannya baik Suci lahiriah dan suci Batiniyah. 

Nabi Muhammad Saw bersabda :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku tempatnya pada hari kiamat adalah yang terbaik akhlaknya diantara kalian” (HR At-Tirmidzi)

Semoga Kita termasuk salah satu hamba Allah yang selalu berusaha memperbaiki Akhlaqnya. Aamiin.

#URL_UstadzRahmadLubis

Rabu, 14 November 2018

Khutbah Idul Fitri Terbaik


KHUTBAH IDUL FITRI 1439 H / 2018 M
Nilai-nilai Ramadhan yang mesti dan wajib kita terapkan
Oleh: Rahmad Junjung Lubis, S.Pd.I


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
                                                                                                                      Khutbah Pertama

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ...
اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّياَمَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَ لاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ. وأُصَلِّيْ وَاُسَلِّمُ عَلَى الْقَائِدِ وَالْقُدْوَةِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

اَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ!


Puji syukur layak terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Agung, penguasa kerajaan langit dan bumi yang tiada henti mencurahkan rahmat-Nya untuk kita sekalian.

Salawat beserta Salam mari kita sampaikan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan Sahabat-sahabat beliau. Karena berkat perjuangan yang gigih dan penuh sabar yang telah beliau lakukan, telah berhasil membawa umat manusia dari zaman Jahiliyah kepada zaman Ilmiyah, dari zaman yang biadab ke zaman yang beradab أَخْرَجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. mari sama-sama kita kirimkan do’a yang berlantunkan:
اللهم صلى وسلم على سيدنا وشفيعنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين

Selaku Khatib, tak pernah bosan untuk mengajak diri saya pribadi secara khususnya, dan jama’ah Idul Fithri pada umumnya untuk sama-sama meningkatkan tensi keimanan dan temperatur ketaqwaan kita terhadap Allah Ta’ala. Semoga kita menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin...

Hari ini, hati kita bercampur antara kegembiraan dan kesedihan, mengapa kita gembira? Karena pada hari ini kita kembali kepada fitrah, fitrotul Islam. Mengapa kita gembira? Karena kita baru saja berhasil memenangkan perjuangan melawan musuh paling dahsyat, musuh paling ganas, musuh paling beringas. Mengapa kita gembira? Karena ada orang yang sangat-sangat ingin ikut bersama kita dipagi ini, tapi ada yang lebih cepat datang daripada keinginan itu, اذا جاء اجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون . ada orang yang wajahnya masih terbayang-bayang dibenak hati kita, senyumnya masih terbayang diujung mata kita. Tapi, saat nanti kita pulang kerumah masing-masing, tak ada lagi mereka bersama kita.
Selama ini, kita genggam tangannya, kita cium tangannya, kita peluk erat tubuhnya. Selama ini, ketika kita pulang, kita minta-kan ampun maafnya. Tapi saat ini kita tak dapat berjumpa dengan mereka, dimana mereka berada? Mereka sudah pindah ketempat lain, ketempat yang lebih baik dan tak akan bersama kita.
Ini adalah hari-hari yang bagi seorang muslim bercampur aduk dalam hati dan perasaannya antara kesenangan dan kesedihan. Tak-kan ada yang bisa menghapuskan luapan kesedihan selain daripada takbir, maka diapun mengagungkan agama Allah, dia katakan الله اكبر الله اكبر الله اكبر .
Begitu tenggelam matahari kemaren sore, lalu kemudian tampaklah hilal 1 syawal, berpisahlah kita dengan bulan yang di dalamnya sholat tarwih, berpisahlah kita dengan bulan yang di dalamnya ada satu malam yang kalau kita beramal pada malam itu, maka lebih baik dari pada beramal 1000 bulan. berpisahlah kita dengan bulan yang di dalamnya kita bertemu, bertatap muka, berjabat tangan selepas tarwih, tahajjud, i’tikap bersama orang-orang soleh. Tapi bulan itu sudah pergi meninggalkan kita, apakah dia akan datang lagi tahun depan? INSYA ALLAH YA.. dia akan datang. Tapi apakah kita akan berjumpa lagi dengannya? Tidak ada jaminan, siapa yang dapat memberi jaminan kalau umur kita akan sampai padanya tahun depan. Siapa yang dapat menjamin kalau malaikal maut IZROIL tidak akan datang sebelum romadhon? Barangkali romadhon yang baru saja kita tunaikan, akan menjadi romadhon terakhir bagi kita. Bisa jadi sholat idil fitri 1 syawal dipagi ini adalah terakhir bagi kita. Maka yang kita bawa menghadap Allah swt nilai-nilai romadhon yang dapat kita terapkan dimasa akan datang.
Romadhon boleh berakhir, tapi hidup kita belum berakhir, masih ada syawwal, masih ada dzul qoedah, masih ada dzulhijjah, muharram sampai kapan? wala tamutunna “dan jangan kamu mati” illa wa antum muslimun “melainkan mati dalam memeluk Islam”. Banyak nilai-nilai romadhon sebanyak hikmah 700 ribu kali lipat bahkan lebih. Akan tetapi pada kesempatan ini, khotib ingin menyampaikan ada 5 Nilai-nilai romadhon yang mesti dan wajib kita terapkan, kita bawa, kita lestarikan dalam kehidupan berbangsa, beragama, berkehidupan sosial. Adapun yang 5 diantara nilai-nilai romadhon yang mesti kita bawa, yang mesti kita pelihara :
1)      Romadhon menanamkan rasa takut kepada Allah Swt.
Selama romadhon, semua kita tidak makan tidak minum, padahal makanan itu halal, minuman itu halal. Padahal istri yang dinikahi itu dulu dengan akad yang halal, tapi semuanya dapat kita tahan, 29 hari. Maka yang perlu kita bawa keluar romadhon, masuk ke syawwal ini adalah Rasa takut kepada Allah Swt.
Kalau seorang anak takut kepada Allah, maka dia tak akan durhaka melawan ibu bapaknya. Kalau orang tua takut kepada Allah, tak akan membiarkan anaknya meninggalkan sholat, tak akan membiarkan anaknya membuka aurat pakaian gengsi dan seksi, dia tidak akan menyia-nyiakan anaknya. Kalau suami takut kepada Allah, dia tidak akan biarkan istrinya berjabat tangan dengan yang bukan mahromnya, tidak membiarkan buka aurat dihalayak ramai muka umum. Kalau pedagang takut kepada Allah, dia tidak akan berani curang dalam timbangan, karena dia takut ancaman Rasul مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا “siapa yang menipu, yang curang, maka dia bukan dari umat kami” kata Rasul Saw. Kalau pejabat penguasa takut kepada Allah, dia tak akan berani curang untuk korupsi, dia tak akan berani mengambil hak orang lain, tak berani suap menyuap, karena dia tahu ancaman rasul Ar-rosyi wal murtasyi fin nar “orang yang menyuap dan yang disuap sama-sama kedalam neraka. Kalau takut kepada Allah, maka laim ulama tak kan berani curang akan fatwanya, tak akan berani mengkafir-kafirkan orang, tak akan berani membid’ah bid’ahkan sema-sama. Kalau takut kepada Allah, maka laki-laki tak akan berani menyentuh tangan wanita yang bukan mahromnya, karena lebih baik menusukkan besi dari neraka yang panas ke tangan daripada menyentuh tangan wanita, perempuan yang bukan mahrom. Kalau istri takut kepada Allah, dia tak akan berani puntang panting malala buka-buka auratnya, kalau takut kepada Allah, maka lidah akan senantiasa bertasbih, bertahmid, bertakbir, beristighfar mengagungkan Asma Allah Swt. Maka takut kepada Allah itulah krisis kita di zaman sekarang ini.
29 hari 29 malam ditanamkan rasa takut kepada Allah, takut takut dan takut. Ketika datang Qobil ingin menimpakan batu ke kepala Habil, lalu kemudian Habil adalah orang yang sangat sehat secara fisik dan mental. Lalu apa kata Habil kepada Qobil? Andaikata engkau wahai saudaraku Qobil ingin menimpakan batu ke kepalaku, aku tak akan balas. Apakah habil tak sanggup untuk melawan? Habil sehat fisik, dia tidak lumpuh, dia tidak cacat, akan tetapi dia mengatakan kepada saudaranya itu Inni Akhofulloh “Aku takut pada Allah Swt”. Takut.
Takut pada atasan, dia akan keluar kota, dia akan dinas luar. Dia akan mengantuk, dia akan tidurTakut pada polisi lalu lintas, dia akan hanya keluarkan surat tilang. Takut pada pengawasan alat elektronik, CCTV kamera, akan ada pemadaman bergilir, akan ada pemutusan listrik, pulsa token listrik habir, akan ada korsleting, akan ada kerusakan. Tapi kalau takut kepada dia... siapa Dia??? ** la ta’khudzuhu sinatuw wala naum** dia tidak mengantuk apalagi tidur. Rasa takut itulah yang kita tanamkan kedalam hati. Maka jangankan yang haram, yang halal pun kita takut untuk telan, yang halal pun takut kita salah ucapkan. Maka apa makna romadhon yang masuk kedalam diri, rasa takut itu kita bawa sesudah romadhon. Itulah yang manjadi krisis bangsa ini.

  ...... وِللهِ الْحَمْدُ 3x اللهُ اَكْبَرُ
Ma’asyiral muslimin, Jamaah Idul Fitri Tamu Allah yang berbahagia

Orang yang tidak takut kepada Allah, remaja-remaja kita, anak muda generasi bangsa belahan jantung sibuah hati dengan hati bangga memakai narkoba. Bahkan orang itu dengan hati gembira menyantap habiskan minuman keras, asyik main song, main gaplek, main biliar, main perempuan, judi mengganas, sholat tidak pernah, puasa ditinggalkan, mencemooh panggilan adzan, menunda-nunda waktu sholat, berani makan riba, padahal Allah Swt menjelaskan wa ahallallohul bai’a wa harromar riba “dan menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Apa sebab ini terjadi, dimana dasar penyebabnya? Jawabannya : karena tidak takut kepada Allah Swt.
Ramai sholat idul fitri belum menjadi ukuran  bahwa keberhasilan romadhon telah diraih telah digenggam, lalu apa bukti keberhasilan romadhon, kalau rasa takut itu sudah bersemayam, telah terpatri, telah menyatu dengan hati setelah romadhon pergi. Timbul rasa takut kepada Allah Swt, oleh karena itu, rasa takut ini terus kita pupuk begitu setelah romadhon.
2)      Romadhon mengajarkan kita untuk rasa peduli pada sesama, sodakoh, merasakan perasaan lapar orang-orang faqir dan miskin.
3)      Romadhon mengajarkan kita untuk terus melanjutkan misi memakmurkan mesjid. Orang yang hatinya terpaut selalu kepada mesjid adalah salah satu golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada mahsyar nantinya.
4)      Menyambung tali silatur rahim.
Dosa kepada Allah akan diampuninya, insya Allah asal tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, tetapi sangkut paut antara kesalaan dengan manusia tidak akan lepas sampai minta maaf kepadanya.
Atadruna minal muflis?
5)      Romadhon mengajarkan kita untuk lebaran dengan tidak berfoya-foya
"Jika kita mau mendalami arti takbir yang kita kumandangkan, maka akan dapat menimbulkan suasana syahdu, terutama dalam kehidupan berkeluarga antara anak dan orang tuanya. Antara suami dan istri, antara kerabat lainnya. Maka sepantasnyalah si anak duduk di hadapan orang tuanya sambil memeluk dan merangkul,"
Disuasana berbahagia ini justru masih banyak orang yang tidak bisa menikmati indahnya lebaran. Terutama kepada orang miskin yang serba tidak punya. Mereka hanya bisa merayakan lebaran seadanya. Sehingga masih ada diantara mereka, mengisi suasana lebaran ini dengan termenung mengenangkan nasib dirinya, menganang suami yang telah tiada.  Mari kita renungkan sebuah kisah bagaimana ketika Si ibu yang janda hanya bisa berkata kepada anaknya yang miskin.

"Nak. Pada hari lebaran ini ibu tidak dapat membelikan baju baru. Kamu pakai baju sekolah saja ya, nak."

Mendengar ucapan sang ibu, si anak pun berkata. "Kenapa begitu ibu?"
           
            "Biarlah kita tidak berbaju baru asalkan bisa makan."
"Baiklah kalau begitu," jawab anaknya dengan polos. Mendengar ucapan anaknya yang masih kecil. Sang ibu pun      masuk kekamar dan meluapkan deraian air mata yang mendadak keluar.
Si anak tanpa mengerti suatu sebab apapun lalu ia menemui sang ibu ke kamar. Ditemukannya si ibu sedang telungkup menggigil. Dia pun bertanya mengapa sang ibu menangis sejadi-jadinya. Lansung sang ibu bangun dan memeluk anaknya. "Begini benarkah nasib kita," ujar sang ibu sambil mengutarakan ucapan agar anaknya sabar menjalani hidup.

Ma’asyiral muslimin, Jamaah Idul Fitri yang berbahagia

kita merenung kembali, nasib anak yatim piatu yang sudah ditingkalkan ayah dan ibunya. Ketika sang adiknya yang masih kecil berkata kepada kakaknya. Kak... Di mana ayah dan di mana ibu kak.

Sang kakak tidak bisa menjawab. Dia hanya menyuruh adik-adiknya tidur dalam ayunan. "Sudah nasib kita begini, tidurlah," ujar sang kakak sambil menghapus air mata adiknya yang menetes.

Sang adik terpejam terlelap sebentar dan terbagun lagi. Ditemukannya sang kakak sedang meratap dibalik ayunan adiknya.

adiknya menyahut kakaknya dengan lantunan yang lembut, "Kenapa sekarang kakak yang menangis?"

Kakaknya lantas memeluk adiknya. Sambil menangis dia berkata kepada adiknya. "Kalaulah orang tua kita masih hidup. Tentu nasib kita tidak seperti ini.

  ...... وِللهِ الْحَمْدُ 3x اللهُ اَكْبَرُ
Hadirin yang berbahagia...

Apa yang kita pikirkan ketika membelikan baju baru untuk anak-ank kita? Apa yang ada dalam pikiran kita ketika menghadapi aneka makanan lezat tersaji di meja makan kita? Apa yang ada dalam pikiran kita ketika kita bersama-sama keluarga kita melangkah bahagia menuju tempat ini, sekarang ini?
Ramadhan telah mengantarkan manusia lebih dekat kepada nilai-nilai kemanusiaannya. Membangun kecintaan kepada sesama manusia, menebarkan kasih sayang, silaturahmi, serta menebar kemurahan hati akan menciptakan pranata sosial yang bersahaja. Dengan puasa, kita terlatih untuk melakukan pengorbanan dan bermurah hati. Melahirkan kita sebagai insan yang peka terhadap sesama. Meciptakan kepedulian dan kerukanan diantara kita.

Inilah diantara nilai-nilai romadhon dari sekian banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sampai berlipat-lipat. Apa yang telah kita capai di bulan Ramadhan dengan sebuah harapan semoga kita mampu dengan terus menerus memperjuangkannya dan semoga Allah memberi kemudahan untuk dapat kita mempertahankannya di hari-hari selanjutnya. kemenangan yang kita raih hari dipagi cerah ini, akan mempersatukan energi amal bagi hadirnya cinta dan harmoni antara miskin dan kaya, atasan dan bawahan, orang tua dan anak, suami dan istri dan di antara seluruh komponen bangsa dan umat ini.
Demikianlah khutbah yang dapat saya sampaikan, semoga ini menjadi bahan renungan bagi kita semuanya dan menjadikan kita semakin yakin dan percaya diri untuk menjadi manusia paripurna atau insan kamil dengan kemenangan ini Amin ya rabbal alamin...

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْأنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَةِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّى وَمِنْكُم تِلاَوَتَهْ إِنَّهُ هُوَ السَّمِعُ الْبَصِيْرٌ
KHUTBAH KEDUA

لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

الحَمْدُللهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَه وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَحَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَه. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنبَيَّ بَعْدَه. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِباَدَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِي يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سيدنا اِبْرَاهِيْم وَعَلىَ آلِ سيدنا اِبْرَاهِيْم وَباَرِكْ عَلىَ سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا باَرَكْتَ عَلىَ سيدنا اِبْرَاهِيْم فِى اْلعاَلَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد.

اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَ وَارْحَمْهُمْ كَمَارَبَّوْنَا صِغَارًا وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْواَتِ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
Rabbi, Tuhan kami. Kami ini lemah bila tanpa kekuatan dari sisi-Mu. Kami ini bodoh ya Rabbi, bila tanpa ilmu dari sisi-Mu. Kami ini sesat ya Rabbi, bila tanpa hidayah dan petunjuk-Mu. Jadikanlah kami, hamba yang  sanggup memahami perasaan serta kepentingan orang lain. Mampu menjauhkan diri dari sifat-sifat serakah yang membuat bangsa dan negara menjadi resah.
Ya Allah. Engkaulah Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang. Ampunilah dosa-dosa kami, maafkanlah kesalahan kami. Kami sadar ya Rabb, bahwa dosa-dosa kami telah menggunung, kesalahan kami telah membukit, dosa mata kami, mulut, telinga, tangan, kaki dan seluruh fisik kami, terkhusus dosa batin kami, hati kami yang sering lalai untuk selalu mengingat-Mu. Izinkanlah kami meraih ampunan dari-Mu, mendapatkan kasih sayang-Mu selalu. Ya Dzal Jalali Wal Iqram
Ya Allah Tuhan yang Maha Agung, sayangi kami, sayangi kedua orang tua kami, yang telah berpeluh lelah merawat dan mendidik kami. Ampuni setiap kata keras kami yang pernah terlontar pada mereka, Ya Allah. Ampuni sikap tak peduli kami atas mereka, Ya Rabb. Berikan kesempatan kami berbakti kepada mereka, Ya Allah. Lembutkan hati mereka untuk kami agar ridha mereka mengantar kami kepada RidhaMu, Ya Allah. Dan, jika Engkau telah mengambil mereka ke haribaanMu, maka basuhlah mereka dengan kelembutan ampunan dan rakhmatMu, serta pertemukan kami dengan mereka dalam keabadian nikmat syurga tidak akan nikmat tanpa bersama kedua orang tua kami.
Yaa Allah, Yaa Rahman, yaa Rahiim. Kami yang berkumpul di tempat ini, pada pagi ini, adalah para hambu-Mu. Saat Ramadhan kami tertatih-tatih mendekatkan diri kepada-Mu karena berharap kasih sayang-Mu. Yaa Allah, setiap saat kami berusaha mengetuk pintu-Mu dengan rasa lapar dan dahaga. Yaa Allah, setiap malam kami berusaha membaca al-Quran untuk memahami petunjuk-Mu. Setiap saat kami menyeru-Mu dengan dzikir dan doa. Semua itu, yaa Rahman, hanya untuk menggapai ridla dan janji-Mu. Engkaulah Dzat yang maha mengetahui apa yang telah kami lakukan. Jadikanlah kami sebagai golongan hamba-hamba – Mu yang selalu berlomba-lomba menraih ridha-Mu. Ya Rabbal Alamin

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ الْعَفَافَ وَالْغِنَى نَاتِجَةً مِنْ صِيَامِنَا وَ اجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Kewajiban Menutup Aurat Dan Batasannya

Kewajiban Menutup Aurat Dan Batasannya السلام عليكم ورحمة الله وبركاته بِسْمِ اللهِ الرَحْمَنِ الرَّحِيْمِ، الحَمْدُ لِ...